Kenapa mereka yang berhutang itu tidak bisa menyelesaikan hutangnya? Kenapa kehidupannya makin terpuruk? Mengapa mereka semakin terlilit hutang yang lebih dalam?
Yang pertama, saya perlu garis bawahi hutang itu bukan hal yang buruk, bukan sebuah kejahatan, bukan suatu dosa, dan bahkan nabi pun melakukannya. Mahar untuk pernikahan pun secara fikih dibolehkan dalam bentuk atau status hutang. Hutang itu boleh, yang penting harus dan wajib dibayar sesuai janji. Tidak ada tawar-menawar soal ini
Jadi hutang itu muamalah biasa. Buktinya yang bisa mengembalikan hutangnya sampai lunas, rezekinya juga makin lancar, dan kehidupan sosial spiritualnya juga makin baik. Kualitas hidupnya makin oke. Sering bertemu dengan keberuntungan-keberuntungan yang tak terduga-duga. Hidup yang tadinya susah bisa berbalik menjadi begitu mudah.
Nah di mana salahnya? Di mana perbedaannya? Saya mencoba menjelentrehkan dalam bahasa sederhana berdasarkan "riset perilaku" para pelaku hutang (baik yang amanah maupun yang ngemplang) yang saya amati dalam satu dua tahun terakhir ini.
FAKTOR NIAT YANG DISEPELEKAN
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dicermati. Coba renungkan sejumlah fenomena ini
#Pertama, kenapa Anda terjebak dalam kumparan hutang yang tak selesai?
Ini sebenarnya ada hubungannya dengan teori niat dan aksi. Maksud saya, antara niat awal dengan fakta yang terjadi sesungguhnya punya hubungan kausalitas yang erat. Fenomenanya bisa dijelaskan begini.
Kebanyakan dari mereka yang berhutang ini setelah uangnya diterima tiba-tiba berubah dari niat awalnya. Yang semula uang itu dimaksudkan untuk keperluan produktif tiba-tiba dialihkan ke keperluan lain yang biasanya konsumtif.
Ada penyimpangan niat di situ. Uang itu berpindah haluan. Ada godaan besar untuk memakainya di hal-hal lain yang tak ada dalam rencana semula. Saat uang di tangan tiba-tiba orang bisa khilaf untuk membelanjakan untuk apa saja diluar renaca semula.
Dalam agama ada ajaran bahwa semua amal itu tergantung niatnya. Niat juga menentukan hasil akhirnya. Apa yang diniatkan dan apa yang dilakukan juga dicatat malaikat.
Nah bagaimana jika niatnya sudah keliru? Tentu akan mempengaruhi hasil akhirnya. Niat yang salah akan menghasilkan tindakan dan dampak yang salah juga. Karena niatnya sudah diselewengkan maka hasil akhirnya akan sesat juga. Langkah akan terseok-seok, jalan tidak lurus, dan itu akan bikin susah diri sendiri. Niat itu di awal tapi sangat menentukan akhirnya akamn bagaimana.
#Jadi, faktor niat ini yang harus menjadi prioritas ketika orang mau berhutang. Jangan pernah dipakai uang itu diluar dari apa yang sudah diniatkan dari awal. Bahaya karena akan menjadi awal malapetaka yang akan jadi belenggu hidup Anda. Pakai uangnya sesuai peruntukannya. Biar ke depannya juga mudah jalanya. Ini nanti ada hubungannya dengan konsep vibrasi.
#Kedua, perilaku yang salah. Ingkar janji. Hampir ini yang dilakukan semua yang berhutang itu. Ketika sudah pegang uang tidak segera dialokasikan untuk mengembalikan pinjaman. Kebiasaan menunda diteruskan di sini. Ini sepele tapi sebetulnya sangat berbahaya. Apalagi sudah menunda pembayarannya ditambah lagi susah dihubungi.
Gonta-ganti nomor HP. Ada yang pindah rumah. Menghindari pertemuan dengan bebohong. Pura-pura lupa atau menyusun berbagai alasan yang dibuat-buat. Intinya mereka bikin susah orang yang telah menolongnya.
Ini nanti ada hubungannya dengan hukum karma. Perbuatan buruk yang kita lakukan akan menghantam balik lebih keras lagi. Akibatnya nanti mereka akan terjebak lebih dalam dalam kumparan kesulitan yang tak berujung, khususnya problem keuangan yang tak kunjung selesai.
Ya, ketika Anda menunda pembayaran hutang sesungguhnya Anda sedang mengirim sinyal ke semesta agar pintu-pintu rezeki Anda dari jalan yang lain juga ditunda atau mandeg.
Mengingkari janji dalam bentuk menunda bayar hutang itu adalah bagian dari doa Anda sendiri yang mau tidak mau harus terwujud sesuai hukum alam. Cepat atau lambat. Sistem semesta ini berjalan secara otomatis.
Bukankah Allah sendiri berfirman bahwa setiap kebaikan yang kamu lakukan akan kembali ke dirimu sendiri dan setiap kejahatan akan kembali pada dirimu sendiri. Ini hukum pasti. Langsung dari Tuhan sendiri. Ini juga mudah dijelaskan dengan teori vibrasi tadi. Ini ada di QS Al-Isra ayat 7. Silakan baca! Orang tidak akan bisa mengelak dari hukum ini. Siapapun dia.
#Ketiga, Anda menjadi sulit keluar dari kumparan hutang karena ketika hutang itu tidak segera dibayar Anda masuk dalam hukum kezaliman. Apa maksudnya? Membayar hutang itu wajib dan Anda sudah berjanji dari awal. Tapi begitu dikhianati janji ini sesungguhnya Anda telah menzalimi orang lain yang telah membantu Anda.
Bagaimana rasanya dizalimi? Kita pasti paham dan pernah merasakannya: kecewa, gelisah, resah, kesal, nggondok, mangkel, marah dan seterusnya. Bagaimana doa orang ketika dizalimi? Jelas, orang yang terzalimi doanya seketika dikabulkan.
Pokoknya serba negatif dan susahlah. Yang mungkin tidak Anda tahu getaran negatif itu (vibrasi semesta) akan tersambung ke Anda karena ada medianya atau sebabnya yakni proses hutang piutang itu. Rasa kecewa, susah, sakit hati dan semacamnya itu akan tertransfer langsung ke Anda. Menumpuk ke dalam jiwa Anda. Dan getarannya terkirim ke semesta. Jika semesta mendukung, kunfayakun, apapun bisa terjadi.
Akibatnya setiap hari Anda mengalami perasaan tidak enak. Tidak bisa tenang. Berpikir jernih pun susah. Apa pun yang Anda lakukan akan salah atau kepentok berbagai kendala. Kalo Anda masih memakai uang itu untuk bisnis pun dijamin tidak akan berhasil. Yang ada malah masalah baru. Ketipu, dicuri, hilang, duitnya dijambret dan seterusnya. Pokoknya uang itu harus ilang lagi dari tangan Anda.
Alih-alih hutang pertama terselesaikan, yang terjadi justru akan ketambahan utang baru yang kian hari kian menumpuk. Dan Di situlah tanda-tanda kehancuran hidup Anda akan tampak. Sudah jatuh ketimpa tangga, kata pepatah.
Sumber : FB Among Kurnia Ebo