Rezeki yang Diupayakan merupakan rezeki yang muncul semata-mata karena sifat adilnya Allah SWT. Banyak orang yang salah kaprah tentang konsep rezeki setiap makhluk. Mereka mengatakan bahwa “Rezeki sudah diatur di Lauhul Mahfudz, jatah kita ya segini ini”. Dengan dasar ini kemudian banyak orang yang memaklumi kemiskinannya.
Bukan begitu cara kerja rezeki yang Allah tetapkan. Betul bahwa Allah sudah menetapkannya sejak awal penciptaan langit dan bumi. Namun Allah tidak menempatkan ketetapan takdir manusia dan seluruh makhluk pada kotak “KEPASTIAN”, melainkan Allah meletakkannya pada kotak ‘KEMUNGKINAN”.
Ringkasnya beginilah kira-kira :
Jika si Fulan belajar dengan giat, maka dia akan menjadi orang yang pintar.
Jika si Fulan malas belajar, maka dia akan menjadi orang yang bodoh.
Jika si Fulan memilih mencari rezeki dengan berprofesi sebagai guru, maka pendapatannya akan sekian juta rupiah. Dan akan lain lagi jika ia memilih profesi polisi, atau dokter, atau pengusaha.
Potensi penghasilan seseorang akan dipengaruhi dari cara kerja dan metodenya. Tentu juga hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dipilihnya. Ditambah jumlah waktu yang ia alokasikan untuk bekerja.
Termasuk dalam hal jodoh. Jika si Fulan memperbaiki dirinya, maka ia akan dipertemukan dengan pasangan yang baik. Dan ini akan berdampak pada siapa nanti keturunannya, dan bagaimana karakter yang terbentuk pada anak keturunannya. Dan juga berlaku sebaliknya.
Setiap pilihan akan menghasilkan konsekuensi. Setiap sebab, akan menentukan akibat. Satu gerbang takdir dibuka, maka gerbang itu akan mengantarkan kita pada takdir yang lain lagi. Dan saat itu pula, ada gerbang takdir yang akan ditutup dan tidak berlaku lagi bagi kita.
Itulah yang namanya ketetapan dalam kemungkinan. Berlaku rumus “JIKA-MAKA”. Jika begini maka hasilnya begini. Jika begitu maka hasilnya akan begitu.
Jika kita telah memutuskan satu tindakan, maka tindakan itu akan mengantarkan kita pada kemungkinan yang sudah Allah persiapkan. Sekaligus, meruntuhkan hasil dari kemungkinan lainnya yang sudah Allah persiapkan. Mudah bagi Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana melakukan itu semua.
“Sesungguhnya kita sedang lari dari satu takdir Allah kepada takdir Allah yang lain lagi.” (Umar Ibn Khattab)